Kamis, 19 Januari 2012

Anemia



Pengertian
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kualitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100ml darah (Price 1996)
Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritopoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendolitial yang berlebihan (misal hiperplenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah abnormal.
Manifestasi Klinis
1.       Kecepatan timbulnya anemia
2.       Usia individu
3.       Mekanisme kompensasinya
4.       Tingkat aktivitasnya
5.       Keadaan penyakit yang mendasari parahnya anemia tersebut
Tanda dan Gejala
1.       Gelisah
2.       Diaforesis (keringat dingin)
3.       Takikardia
4.       Sesak napas
5.       Kolaps sirkulasi yang progesif cepat atau syok
Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui cara-cara sebagai berikut:
1.       Peningkatan curah jantung dan pernapasan, sehingga menambah pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
2.       Meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin
3.       Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan di sela-sela jaringan
4.       Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital
Klasifikasi
1.       Klasifikasi Morfologi
a.       Anemia Normositik Normokrom
Terjadi ketika ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah), tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis, termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
b.      Anemia Makrositik Nomokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal, tetapi monokrom terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada efisiensi B12 atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.
c.       Anemia Mikrositik Hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis heme (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
2.       Klasifikasi Etiologi
Anemia dapat diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utamanya adalah:
a.       Meningkatnya kehilangan sel darah merah
b.      Penurunan atau gangguan pembentukan sel
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma, akibat perdarahan kronis karena polip pada kolom, penyakit-penyakit keganasan, hemoroid, atau menstruasi.
Hemolisis
Hemolisis merupakan penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah.
Etiologi Hemolisis
a.       Genetik
Dapat diturunkan secara genetik, sehingga sel darah merah terganggu dengan sendirinya. Gangguan yang bisa menimbulkan hemolitik meliputi hal-hal sebagai berikut:
·         Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misalnya anemia sel sabit.
·         Gangguan sintesis globin, misalnya tatasemia.
·         Gangguan membran sel darah merah, misalnya sferositosis herediter.
·         Defisiensi enzim, misalnya defisiensi G6PD(glukosa 6-fosfat dehidrogenase).
b.      Didapat
·         Abnormalitas respons imun.
·         Hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang sering kali memerlukan respons imun. Respons isoimun mengenal berbagai individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh transfusi darah yang tidak cocok. Respons autoimun terdiri atas pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri.
·         Obat-obatan
Keadaan yang dinamakan anemia hemolitik atau autoimun dapat timbultanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu, seperti alfa-metildopa; kinin; sulfonamide; atau L-dope, atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukimialimfositik kronislupus eritomatosus, artritis rheumatoid, dan infeksi virus.
·         Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah dimanifestasi oleh parasit plasmodium. Dalam keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah, dimana permukaan sel darah merah menjadi tidak teratur. Sel darah merah yang terinfeksi akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa.
·         Hiperplenisme
Hiperplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia dan sumsum tulang hiperseluler atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Pada luka bakar yang berat, khususnya jika terdapat kapiler yang pecah dapat juga menyebabkan hemolisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;